'' Kecantikan yang abadi terletak pada keelokkan adab dan ketinggian ilmu seseorang,
bukan terletak pada wajah dan pakaiannya.''
( Hamka).
E. AKTIVITAS SASTRERA HAMKA
Selain aktif dalam soal keagamaan dan politik, HAMKA merupakan seorang
wartawan, penulis, editor dan penerbit. Sejak tahun 1920-an, HAMKA menjadi
wartawan beberapa buah akhbar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang
Islam dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, beliau menjadi editor majalah
Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, beliau menjadi editor dan menerbitkan
majalah al-Mahdi di Makasar. HAMKA juga pernah menjadi editor majalah Pedoman
Masyarakat, Panji Masyarakat dan Gema Islam. HAMKA juga menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya kreatif seperti novel dan
cerpen. Karya ilmiah terbesarnya ialah Tafsir al-Azhar (5 jilid).
Pada
1950, ia mendapat kesempatan untuk melawat ke berbagai negara daratan Arab.
Sepulang dari lawatan itu, HAMKA menulis beberapa roman. Antara lain Mandi
Cahaya di Tanah Suci, Di Lembah Sungai Nil, dan Di Tepi Sungai Dajlah. Sebelum menyelesaikan roman-roman di atas, ia telah membuat roman yang
lainnya. Seperti Di Bawah Lindungan Ka’bah, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck,
Merantau ke Deli, dan Di Dalam Lembah Kehidupan merupakan roman yang mendapat
perhatian umum dan menjadi buku teks sastera di Malaysia dan Singapura
Setelah itu HAMKA menulis lagi di majalah baru Panji Masyarakat yang sempat terkenal karena menerbitkan tulisan Bung Hatta berjudul Demokrasi Kita.
F.
AKTIVITAS KEAGAMAAN
Setelah peristiwa 1965 dan berdirinya pemerintahan Orde Baru, HAMKA secara total berperan sebagai ulama. Ia meninggalkan dunia politik dan sastra. Tulisan-tulisannya di Panji Masyarakat sudah merefleksikannya sebagai seorang ulama, dan ini bisa dibaca pada rubrik Dari Hati Ke Hati yang sangat bagus penuturannya. Keulamaan HAMKA lebih menonjol lagi ketika dia menjadi ketua MUI pertama tahun 1975.
HAMKA dikenal sebagai seorang moderat. Tidak pernah beliau mengeluarkan kata-kata keras, apalagi kasar dalam komunikasinya. Beliau lebih suka memilih menulis roman atau cerpen dalam menyampaikan pesan-pesan moral Islam.
Ada satu yang sangat
menarik dari Buya HAMKA, yaitu keteguhannya memegang prinsip yang diyakini.
Inilah yang membuat semua orang menyeganinya. Sikap independennya itu sungguh bukan hal yang baru bagi HAMKA. Pada
zamam pemerintah Soekarno, HAMKA berani mengeluarkan fatwa haram menikah lagi
bagi Presiden Soekarno. Otomatis fatwa itu membuat sang Presiden berang
’kebakaran jenggot’. Tidak hanya berhenti di situ saja, HAMKA juga
terus-terusan mengkritik kedekatan pemerintah dengan PKI waktu itu. Maka, wajar
saja kalau akhirnya dia dijebloskan ke penjara oleh Soekarno. Bahkan majalah
yang dibentuknya ''Panji Masyarat'' pernah dibredel Soekarno karena menerbitkan
tulisan Bung Hatta yang berjudul ''Demokrasi Kita'' yang terkenal itu. Tulisan itu berisi kritikan tajam terhadap konsep
Demokrasi Terpimpin yang dijalankan Bung Karno.
Ketika tidak lagi disibukkan dengan urusan-urusan politik, hari-hari HAMKA
lebih banyak diisi dengan kuliah subuh di Masjid Al-Azhar, Jakarta Selatan.
G. WAFATNYA HAMKA
Pada tanggal 24 Juli 1981 HAMKA telah pulang ke rahmatullah. Jasa dan
pengaruhnya masih terasa sehingga kini dalam memartabatkan agama Islam. Beliau
bukan sahaja diterima sebagai seorang tokoh ulama dan sastrawan di negara
kelahirannya, bahkan jasanya di seantero Nusantara, ter masuk
Malaysia dan Singapura.
H. PENGHARGAAN
Atas jasa dan karya-karyanya, HAMKA telah menerima anugerah penghargaan, yaitu
Doctor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar Cairo (tahun 1958), Doctor Honoris Causa dari Universitas Kebangsaan
Malaysia (tahun 1958), dan Gelar Datuk Indono dan Pengeran Wiroguno dari
pemerintah Indonesia
I. PANDANGAN HAMKA TENTANG KESASTRAAN
Pandangan
sastrawan, HAMKA yang juga dikenal sebagai Tuanku Syeikh Mudo Abuya Prof. Dr.
Haji Abdul Malik Karim Amrullah Datuk Indomo tentang kepenulisan. Buya HAMKA
menyatakan ada empat syarat untuk menjadi pengarang. Pertama, memiliki daya
khayal atau imajinasi; kedua, memiliki kekuatan ingatan; ketiga, memiliki kekuatan
hafalan; dan keempat, memiliki kemahiran mencurahkan tiga hal tersebut menjadi
sebuah tulisan.
J. BUAH PENA BUYA HAMKA
Kitab Tafsir Al-Azhar merupakan karya
gemilang Buya HAMKA. Tafsir Al-Quran 30 juz itu salah satu dari 118 lebih karya
yang dihasilkan Buya HAMKA semasa hidupnya. Tafsir tersebut dimulainya tahun
1960.
HAMKA meninggalkan segunung karya tulisan.
Tulisan-tulisannya meliputi banyak bidang kajian: politik (Pidato Pembelaan Peristiwa Tiga Maret, Urat Tunggang Pancasila), sejarah (Sejarah Ummat Islam, Sejarah Islam di Sumatera),
budaya (Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi), akhlak (Kesepaduan Iman & Amal Salih ), dan ilmu-ilmu keislaman (Tashawwuf
Modern).
0 comments:
Post a Comment